selanjutnya terserah anda, sumonggo kerso !!
Foto Telah Diperbaharui Release 2018
Salam
Sejahtera,
Saudaraku
... Sejak krisis ekonomi 1998, permintaan terhadap aneka jenis tanaman hias
mengalami peningkatan yang sangat pesat dan mencapai puncaknya di tahun
2006-2007, nursery menjamur dimana-mana, event pameran dan bursa tanaman hias
berlangsung silih berganti sepanjang tahun. Beberapa jenis tanaman hias muncul
sebagai tanaman idola, baik yang sudah lama digemari seperti adenium,
euphorbia, aglaonema, anthurium, sanseviera bahkan puring.
Dan kini ditahun 2018 sejalan dengan berkembangnya media online momentum booming tanaman hias tersebut kembali muncul setelah beberapa tahun mengalami kelesuan dan mati suri, beberapa jenis tanaman hias mulai rame lagi dibudidayakan, diperdagangkan dan dilaksanakan event kontes berskala lokal sampai nasional, jenis tanaman hias adenium, aglonema, anthurium, sansiviera mulai rame lagi diperjualbelikan melalui transaksi online via media sosial facebook, instagram, youtube, whatsapp, website maupun online shoping.
Kita tengok kembali sejarah ditahun 2006-2007 bagaimana mungkin, selembar daun aglaonema harlequin sampai dihargai 15 juta rupiah, atau adenium berbonggol cantik yang laku 50 juta bahkan indukan anthurium jenmani cobra laku terjual 1,3 milyard … its fantastic, blessing in disguise..
Memang demikianlah realita yang terjadi pada berbagai jenis tanaman hias, meroket naik pamor dan jadi bahan perburuan banyak orang. Disatu pihak daya beli sebagian besar masyarakat di Indonesia semakin melemah, namun dilain pihak kaum menengah keatas seolah-olah tak menggubris dan merasakan hal itu, banyak orang yang mengalami entrance atau bahkan jadi kesurupan tanaman hias, termasuk juga penulis blog ini. Kegemaran dan hobbi tanaman hias telah mewabah dan menjadi demam massal seolah-olah menjadi ‘trend’ kebutuhan hidup yang dapat mengangkat gengsi dan status social mereka.
Peluang inilah yang kemudian digarap dan dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis tanaman hias. Bahkan lantaran menjanjikan keuntungan yang lumayan gedhe, lahan bisnis baru inipun segera mengundang kalangan awan termasuk para ibu rumah tangga untuk ikut-ikutan meramaikannya. Masyarakat yang semula menekuni tanaman hias hanya sebatas hobi kemudian banyak yang tergiur dan ikutan terjun bisnis jualan aneka tanaman hias.
Secara tidak langsung efek ganda bisnis inipun segera menggelinding, mulai dari yang berskala kecil sampai besar. Pengusaha racikan media tanam dan pupuk rumahanpun jadi ikutan terseret naik daun megauk untung, sementara para grower sibuk menyemaikan biji (adenium, anthurium) dan berharap mempunyai stok bibit dalam jumlah ribuan. Lihatlah disekitar anda, kini banyak sekali pedagang tanaman hias keliling dengan gerobak atau naik motor yang keluar masuk kampung, perumahan bahkan real estate menawarkan aneka jenis tanaman hias yang lagi trend seperti anthurium, adenium, euphorbhia, sanseviera, aglaonema bahkan puring kuburan ikut2an mejeng.
Booming tanaman hias memang terjadi secara alamiah sesuai dengan hukum pasar. Perbincangan mengenai tanaman hias menjadi semakin seru dan menarik karena didalamnya bermain unsur kolektor, hobies, spekulan, bisnis dan gengsi prestisius. Jadi apakah anda juga merasa tertarik dan tertantang untuk ikutan terjun didalamnya?!.
Dan kini ditahun 2018 sejalan dengan berkembangnya media online momentum booming tanaman hias tersebut kembali muncul setelah beberapa tahun mengalami kelesuan dan mati suri, beberapa jenis tanaman hias mulai rame lagi dibudidayakan, diperdagangkan dan dilaksanakan event kontes berskala lokal sampai nasional, jenis tanaman hias adenium, aglonema, anthurium, sansiviera mulai rame lagi diperjualbelikan melalui transaksi online via media sosial facebook, instagram, youtube, whatsapp, website maupun online shoping.
Kita tengok kembali sejarah ditahun 2006-2007 bagaimana mungkin, selembar daun aglaonema harlequin sampai dihargai 15 juta rupiah, atau adenium berbonggol cantik yang laku 50 juta bahkan indukan anthurium jenmani cobra laku terjual 1,3 milyard … its fantastic, blessing in disguise..
Memang demikianlah realita yang terjadi pada berbagai jenis tanaman hias, meroket naik pamor dan jadi bahan perburuan banyak orang. Disatu pihak daya beli sebagian besar masyarakat di Indonesia semakin melemah, namun dilain pihak kaum menengah keatas seolah-olah tak menggubris dan merasakan hal itu, banyak orang yang mengalami entrance atau bahkan jadi kesurupan tanaman hias, termasuk juga penulis blog ini. Kegemaran dan hobbi tanaman hias telah mewabah dan menjadi demam massal seolah-olah menjadi ‘trend’ kebutuhan hidup yang dapat mengangkat gengsi dan status social mereka.
Peluang inilah yang kemudian digarap dan dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis tanaman hias. Bahkan lantaran menjanjikan keuntungan yang lumayan gedhe, lahan bisnis baru inipun segera mengundang kalangan awan termasuk para ibu rumah tangga untuk ikut-ikutan meramaikannya. Masyarakat yang semula menekuni tanaman hias hanya sebatas hobi kemudian banyak yang tergiur dan ikutan terjun bisnis jualan aneka tanaman hias.
Secara tidak langsung efek ganda bisnis inipun segera menggelinding, mulai dari yang berskala kecil sampai besar. Pengusaha racikan media tanam dan pupuk rumahanpun jadi ikutan terseret naik daun megauk untung, sementara para grower sibuk menyemaikan biji (adenium, anthurium) dan berharap mempunyai stok bibit dalam jumlah ribuan. Lihatlah disekitar anda, kini banyak sekali pedagang tanaman hias keliling dengan gerobak atau naik motor yang keluar masuk kampung, perumahan bahkan real estate menawarkan aneka jenis tanaman hias yang lagi trend seperti anthurium, adenium, euphorbhia, sanseviera, aglaonema bahkan puring kuburan ikut2an mejeng.
Booming tanaman hias memang terjadi secara alamiah sesuai dengan hukum pasar. Perbincangan mengenai tanaman hias menjadi semakin seru dan menarik karena didalamnya bermain unsur kolektor, hobies, spekulan, bisnis dan gengsi prestisius. Jadi apakah anda juga merasa tertarik dan tertantang untuk ikutan terjun didalamnya?!.
Dikutip dan dirangkum kembali
dari berbagai sumber
© Dhani Hamdhani, 09/2008 – Telah
diedit kembali 11/2018